Jumat, 28 Maret 2025
Sabtu, 02 Desember 2023
Mixtape: Dari Indonesia Hingga Palestina
Mendengarkan kembali rilisan fisik kaset pita dan CD yang berdebu dan mulai berjamur, sembari melihat pemberitaan sosial media atas kekejaman penjajah zionis kepada rakyat Palestina akhir-akhir ini, membuat mata dunia terbuka bahwa ini bukanlah isu perang agama, melainkan genosida. Menyedihkan karena tak banyak yang bisa dilakukan selain berdo'a kepada Yang Maha Penyayang, mengumpulkan donasi, serta terus menyebarkan kabar di sosial media yang ternyata cukup relevan saat ini untuk melawan pemberitaan media barat. Semua insan berakal dan bernurani bisa berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing tanpa pandang suku, agama dan ras.
Ternyata cukup banyak koleksi rilisan fisik di rak yang mengangkat isu Palestina, sehingga muncul keisengan ingin meramu track demi track favorit untuk dijadikan satu playlist, atau jika memungkinkan ingin direkam ke dalam kaset pita yang dahulu kerap disebut mixtape. Cukup panjang durasinya jika semua track saya masukkan di sini, jadi saya mencoba menyeleksi track demi track agar durasinya tidak terlalu panjang. Ada masa di mana kaset pita yang beredar banyak berdurasi 60 menit (C60), yang berarti 30 menit pada masing-masing sisi kaset, side A dan side B. Atas dasar itulah akhirnya saya menentukan untuk menggunakan durasi 30 menit dalam mixtape ini. Track yang ada dalam mixtape ini saya rip dari koleksi CD dan ada pula saya unduh dari reverbnation yang saat itu cukup populer sebelum spotify saat ini.
Jika dari luar negeri saya pernah mendengar album kompilasi macam Palestine The Album dan Hardcore4Syria, di Indonesia sendiri saya belum pernah mendengar ada kompilasi serupa yang dirilis, jika ada silahkan mention saya dengan senang hati, karena ada waktu yang lama di mana saya menutup box rilisan fisik dan tidak berselancar mencari rilisan baru. Dan mixtape ini hanya sekedar ingin berbagi dengar dari daftar lagu yang sering saya putar. Bagi yang berkenan mendengarkan saya ucapkan terima kasih, bagi yang tidak juga tak mengapa, yang tidak boleh itu mendukung penjajah, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Okey, let's play.
Tracklist:
2. Shaff Fix - Berperang
3. The 40's Accident - Protes Kecil-kecilan Melawan Kebohongan Media Massa
4. Ketapel Jihad - Pemuda Palestina
5. Thufail Al Ghifari - Doa, Batu, dan Air Mata
6. Sector13 - Jihad Fisabilillah
7. Izzatul Islam - We Are Palestine (feat Fadly Padi)
Lyrics:
Sabtu, 23 Juli 2022
Anak pertama
Anak pertama tetaplah anak pertama
Mau laki-laki atau perempuan
Masih kecil atau sudah tua
Siap atau tidak siap
Kau tetaplah anak pertama, dan selamanya anak pertama
Tak ada yang menggantikan dan tergantikan
Kau yang pertama merasakan cinta
Dan kau yang pertama harus berbagi cinta dengan yang lainnya
Kau makhluk kecil yang pertama mereka miliki
Tapi kau juga yang pertama dituntut dewasa
Seberapa sering kau menangis
Mencari kesempatan untuk ditimang
Seberapa besar kau kesal
Karena perhatian mereka berpindah
Kau tetap anak pertama
Tak jarang kau cemburu
Ketika sayang itu dibagikan
Sekali lagi,
Karena kau anak pertama
Kau yang harusnya mengalah
Hai, anak pertama
Angkatlah kepalamu
Busungkanlah dadamu
Ikat hatimu erat
Aku tau itu berat
Melihat kau berdiri sendiri dengan kaki bergetar
Tapi ingatlah
Kau sudah sekuat itu hingga detik ini
Jika kau lelah
Pulanglah...
Datanglah ke pelukan Ibunda
Tapi jangan engkau ceritakan
Betapa kau sangat takut dan ingin menyerah dengan dunia
Jangan...
Jika kau lakukan
Kau hanya meruntuhkan
Dia yang 9 bulan lamanya mengandungmu
Dia yang selama 2 tahun berbagi sari pati hidupnya
Dan dia yang selamanya akan menjadi yang pertama
Mempersilahkan kau untuk bersandar ketika kau kalah
Anak pertama
Kembalilah dengan do'anya
Rabu, 29 Juni 2022
Luka
Telah kunyatakan semua, sebelum akhirnya terbangun
Bukan kematian
Menggambarkan kesengsaraan, ternyata hanya luka
Aku takut bukan kematian yang menghampiri
Tapi sakit yang tak kunjung hilang
Lukamu yang melukaiku
Lebih dari sakit yang kau rasa saat itu
Kata-kata yang menghempaskanku
Mengobati siksa trauma sepanjang hidupmu
Tapi kau tak pernah menyadari lukamu itu
Goresan luka yang kau lukis
Belum kuhapus, hingga kini
Warna deritanya masih sama
Meski dibasuh, dengan iming-iming duniawi
Terus melekat, akan terbawa sampai penghujung dentum nadi
Suara luka itu menghantui kala sendiri
Membisikkan cerita sendu tak berakhir
Melengkingkan sumpah serapah tanpa empati
Mengisahkan cita dengan kelam
Membenamkan harapan meski dia berteriak lantang
Luka ini benar-benar menggilaiku
Walau berkali sudah kudamparkan pada rasa sabar
Makin kutinggalkan, makin ia mengejar
Terus menggerogoti asa
Adakah dia mengerti, menangis adalah hal yang tak ku senangi?
Bekas luka yang menghidupiku
Bertahan walau perih sembilu
Dipaksa melewati lautan pilu
Mencari di mana tenggelamnya diri
Ternyata ia sudah lama mati
Hai...
Kamu yang sedang mengiba rasa
Walau mulutmu tertutup
Matamu menceritakan segala kisah
Sembab tawa yang kau pasang
Mengisahkan
(Juni, 2022)
Rabu, 01 Juni 2022
Kembali dari awal
Kamis, 12 Mei 2022
Menimbang Cinta
dokumen pribadi |
Judul buku: Menimbang Cinta
Penulis: Abunnada
Penerbit: Pustaka Sawo Kecik
Cetakan Pertama: 2021
Cinta itu... Memberi energi.
Membuat apa saja menjadi terasa lebih ringan dijalani.
Mulai dari urusan ibadah, kerja, hingga soal rumah tangga suami istri.
Cinta membuat seorang hamba lebih menikmati saat-saat munajat dengan Rabbnya.
Membuat seorang hamba lebih mudah berbaik sangka pada setiap ketetapan-Nya.
Terutama terhadap takdir yang terasa menyesakkan dada.
Cinta membuat kita lebih mudah memberi makna.
Membuat sebuah peristiwa biasa menjadi terasa berharga.
Membuat usapan ibu, hingga nafkah suami yang tak seberapa, menjadi terasa indah bagi jiwa.
Ketika cinta tiada, ia menyisakan kekosongan dan ruang hampa.
Ibadah menjadi sekadar rutinitas belaka.
Rumah tangga menjadi ajang saling menuntut pasangannya.
Hidup terasa hambar rasanya.
Cinta itu semangatnya memberi.
Ketika kita menapaki jalan cinta seperti ini, niscaya hak masing-masing akan terpenuhi.
Sungguh, Allah begitu sayang pada hamba-Nya.
Allah letakkan benih cinta dan bahagia dalam jiwa.
Allah tidak letakkan pada benda-benda.
Maka, untuk merasakan indahnya cinta dan nikmatnya bahagia, seseorang tidak disyaratkan harus kaya.
Cukup perbesar syukur dan turunkan syarat bahagia.
Niscaya akan lebih mudah bagi kita menghirup wangi aroma bunga-bunga cinta dalam dada.
Senin, 04 April 2022
Maaf Tuhan
![]() |
dokumen pribadi |
Judul buku: Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah
Penulis: Alfialghazi
Penerbit: Sahima
Cetakan Kesembilan, 2021
Di bawah guyuran hujan, kau berjalan menapaki langkah-langkah yang kini sudah mulai tak pasti, di antara riuhnya manusia, kau bahkan merasakan sepi.
Yang kali ini benar-benar berat, bukan?
Kau seperti sebuah mobil kecil yang tergilas truk besar, bukan hanya kehilangan keseimbangan, tapi seketika hancur berkeping-keping, hingga membuatmu berpikir bahwa ini adalah akhir, sebab yang terlihat di hadapan mata hanyalah jalan buntu. Kali ini, kau benar-benar merasa jatuh sejatuh-jatuhnya.
Hidup seolah tak lagi memberimu pilihan, terasa begitu sakit dan sangat menyesakkan.
Bahkan, air mata tak lagi mampu mewakili dalamnya luka. Senyum terenggut, kebahagiaan lenyap seketika.
Helaan napas panjangmu adalah pertanda bahwa kau sudah begitu lelah, bahkan jika boleh, kau ingin sekali menyerah, tapi kautahu bahwa menyerah juga bukan solusi.
"Allah," ucapmu pelan.
Lantas, kauingat kembali pesan-pesan cinta dari-Nya yang selama ini sudah mulai terlupakan, pesan cinta yang selalu bisa menggetarkan hati manusia, menguatkan langkah, dan menjauhkan gelisah.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286).
"... Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf: 87).
Terus-menerus kauulang ayat-ayat penopang lelah, pengobat rasa sakit, penguat jiwa, sungguh benar bahwa Allah telah memberikan petunjuk berupa Al-Qur'an yang padanya manusia tak akan menemukan kesesatan, yang padanya Allah titipkan obat dari segala penyakit.
"Maaf Tuhan, aku hampir menyerah," bisikmu lirih sambil menyeka air mata.
...